Simak4 rahasia turunkan berat badan ala orang Korea Selatan seperti dilansir dari Times of India, Senin (29/11/2021). Bisnis.com, JAKARTA - Meledaknya budaya K-Pop membuat jutaan orang di seluruh dunia fokus pada Korea Selatan (Korsel), termasuk para artisnya yang cantik, tampan, dan langsing. Simak 4 rahasia menurunkan berat badan ala orang Ma Erica Herrera. Inilah Budaya Yang Terdapat Dalam Masyarakat Thailand - Thailand, secara resmi Kerajaan Thailand dan sebelumnya dikenal sebagai Siam, adalah sebuah negara di pusat Semenanjung Indochina Asia Tenggara yang terdiri dari 76 provinsi. Dengan luas 513.120 km2 (198.120 mil mi) dan lebih dari 68 juta orang, ini adalah ReviewJurnal Etika Bisnis. Tujuan : berniat untuk lebih memahami India etika bisnis ( "Vendantic"), sebagai lawan Greco - etika bisnis Romawi, sebagai dasar dari budaya bisnis di India. Selanjutnya mengelaborasi evolusi etika bisnis dan implikasinya pada melakukan bisnis di dan dengan perusahaan India. Budayawarga Amerika meliputi tradisi dan adat istiadat di Amerika Serikat. "Budaya kita meliputi agama, makanan, pakaian yang kita pakai, bagaimana memakainya, bahasa kita, pernikahan, musik, kepercayaan kita terhadap apa yang benar atau salah, bagaimana kita duduk, bagaimana kita menyapa tamu, bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita cintai, dan masih banyak hal lainnya," ujar PinjolAdamodal Dijual, Ini Penjelasan Direksi Grup Sinarmas (DSSA) Borong Saham Smartfren (FREN) Rp500 Miliar via OWK Penjualan Domestik Naik, Unilever Indonesia Kantongi Laba Rp3,4 Triliun Pailit! Anak Usaha BUMD Jawa Tengah Sarana GSS Trembul Ditetapkan Bangkrut LIVE: The Fed Diperkirakan Menaikkan Suku Bunga (08:46 WIB) LIVE: Harga Emas di Pegadaian Turun (08:36 WIB) Isuintoleransi dan diskirminasi berbasis gender terutama pada perempuan dan anak tersebar luas di dunia. India merupakan salah satu negara dengan presentase terbanyak. Sebuah survei oleh Thomas Reuters Foundation menemukan bahwa India adalah negara paling berbahaya keempat di dunia bagi perempuan. Banyak kekerasan terhadap perempuan dapat Itulah pesan paling akhir dari seorang menteri senior India.Pada Ahad (21/10), menteri itu mendesak kaum perempuan di negara Asia Selatan tersebut untuk tidak menikah dengan anggota BUDAYA INDIA: Tak ada toilet, ta ada mempelai perempuan - Kabar24 Bisnis.com hG1wyO. - Dalam Plain Tales from The Raj 1975, sejarawan Inggris Charles Allen bercerita soal Kenneth Warren, pegawai negeri sipil Inggris yang bertugas di Upper Assam, daerah sangat terpencil di India pada masa penjajahan Inggris. Warren dikisahkan berupaya mati-matian untuk mempertahankan tampilan kelas sosialnya bahkan saat sedang makan malam seorang diri di kediamannya. “Aku memakai setelan jas lengkap demi mempertahankan kehormatanku. Aku berkata kepada pelayanku-yang heran melihatku tampil begitu rapi padahal hanya makan malam sendiri-’Mulai sekarang setiap malam adalah pesta makan malam dan kamu akan melayani jamuan ini seolah ini adalah pesta jamuan yang dihadiri orang banyak,” catat Allen mengutip Warren. Penggalan kisah tersebut adalah cerminan bagaimana orang Inggris yang tinggal di India selama zaman kolonial selalu berusaha membedakan diri dengan penduduk asli. Prinsip utamanya haram bila orang Inggris menyesuaikan diri dengan laku hidup orang-orang India. Emma Tarlo, profesor antropologi dari Goldsmith University London, dalam studi "British Attitudes to Indian and European Dress" yang terbit dalam The Fashion History Reader 2010 menyebut pandangan sebelah mata terhadap orang-orang India setidaknya terjadi pada abad 19 saat orang-orang Inggris sampai di pelabuhan di India. Mereka menganggap pria-pria India yang di sekitar pelabuhan jorok karena hanya mengenakan kain untuk menutup tubuh dan tidak mengenakan alas kaki. Orang-orang Inggris lantas menganggap warga India terbelakang dan tidak beradab. Dari sanalah muncul anggapan bahwa meniru perilaku atau mengadopsi elemen budaya orang India sama halnya dengan mendegradasi moral dan superioritas bangsa Barat. Sebetulnya, orang-orang Inggris punya kekaguman terhadap busana tunik yang dikenakan pria elite di India dan busana sari yang dikenakan perempuan-perempuan di negara Asia Selatan itu. Namun, mereka memilih mengesampingkan kekaguman tersebut dan terus menggaungkan anggapan bahwa segala sesuatu terkait India adalah lambang inferioritas. Berdasar studi Tarlo, stereotip terhadap busana India sepanjang abad ke-19 terlihat jelas dalam karya sastra novel, koran, kartun-kartun bertema politik, dan juga catatan harian dari orang-orang yang hidup pada masa tersebut. Hal yang kemudian mereka lakukan terhadap busana India adalah mengekspor beberapa sampel’ ke Inggris untuk ditiru desainnya, diproduksi di sana, dan dikirim kembali ke India untuk diperdagangkan dengan label katun Manchester’. Kebetulan, pada periode itu, sejumlah penemu di Inggris merancang mesin jahit sehingga memungkinkan produksi massal. Orang-orang Inggris mengklaim Katun Manchester’ berkualitas tinggi. Padahal, katun yang jadi material dasar pembuat kain pun berasal dari India. Bagi orang Barat, katun Manchester’ membuat derajat orang India sedikit meningkat dan membuat mereka tampil sedikit lebih beradab. Ketika orang Inggris enggan mengadaptasi elemen busana orang India, orang-orang India terutama yang berasal dari kalangan elite mulai mengenakan setelan jas serupa dengan yang dikenakan orang Eropa. Dalam Cloth, Clothes, and Colonialism India in the Nineteenth Century 1998 disebutkan bahwa para elite pria dan kaum intelektual di India memadukan setelan jas dengan turban yang khas dari negara mereka. Ada kalanya turban diganti dengan jenis penutup kepala lain seperti topi kupluk atau topi yang biasa dikenakan tentara. Orang-orang Eropa tidak memprotes hal ini karena menyadari bahwa kaum elite dan terpelajar India kerap kali membantu mereka dalam politik dan bisnis. Namun, di mata orang Eropa, meski orang India memakai setelan jas, mereka tetap saja tidak akan bisa menyamai orang Eropa akibat kualitas pakaian dan kebiasaan yang tetap dianggap berbeda. Sejak abad ke-18, kaum terpelajar India memegang posisi penting-pengelola keuangan atau guru bahasa Persia dan Urdu-dalam perusahaan yang didirikan orang Inggris. Mereka tidak hanya mengenakan setelan jas dari Eropa tetapi juga alas kaki berupa selop. Namun barulah pada awal abad ke-19, kaum terpelajar dan elite India yang bekerja di kantor-kantor Inggris diperkenankan menggunakan sepatu saat menghadiri acara semi-formal di luar urusan kantor. Namun, pada praktiknya penggunaan busana dan aksesori yang terpengaruh dari negara Barat ini jadi cukup rumit akibat ada benturan dengan nilai-nilai setempat. Oleh karena itu muncul beragam kritik terutama ditujukan kepada penganut Hindu. Ada yang menyebut bahwa tidak sepatutnya orang India masuk ke ruang kerja orang Inggris dengan memakai alas kaki karena itu sama saja dengan menghina budaya India. Orang Inggris yang membiarkan orang India masuk ke dalam ruangan dengan menggunakan sepatu dianggap tidak mengerti dan tidak menghargai etika bangsa lain. Para tetua adat di India mengharapkan orang Inggris sanggup memahami bahwa setiap bangsa memiliki simbol kesopanan yang berbeda. Ada yang menyimbolkan kesopanan dengan tindakan melepas tutup kepala atau melepas alas kaki. Infografik Baju Orang India di Mata Orang Inggris. India yang diperkenankan secara leluasa mengadaptasi busana dan aksesori orang barat adalah para penganut agama Kristen. Menurut dokumen-dokumen zaman itu, tidak ada kisah soal pemuka adat atau pejabat India yang memprotes kaum awam penganut Kristen yang mengenakan jas atau sepatu di manapun dan kapanpun. Di sisi lain, orang-orang Bengal yang pada saat itu masih hidup sesuai nilai-nilai tradisi Hindu mesti berusaha keras agar bisa mengganti gaya penampilan mereka. Yang diprotes tidak semata soal izin mengenakan busana barat tetapi juga terkait aturan penggunaan pagri penutup kepala. Mereka akhirnya mengajukan usul kepada pemerintah Bengal agar diperkenankan melepas pagri dalam pertemuan dengan orang-orang Inggris. Alasannya, pagri tidak ergonomis untuk digunakan dan tidak memiliki fungsi penting untuk dipakai. Pandangan sebelah mata juga tertuju pada perempuan India. Para isteri misionaris merasa risih melihat mayoritas perempuan India yang mengenakan busana yang kurang tertutup. Oleh karena itu para isteri misionaris ini kemudian mendoktrinasi mereka dengan beberapa jenis busana yang dianggap sopan di mata perempuan Barat. Mereka terutama yang berasal dari kasta Nadar di kalangan orang Tamil kemudian mengadaptasi gaya busana para isteri misionaris. Di samping itu mereka juga mulai menggunakan syal sebagai pelengkap gaya. - Gaya Hidup Penulis Joan AureliaEditor Windu Jusuf India Business Culture in India India is notoriously difficult. It scores badly on the ease of doing business index and a lack of investment in infrastructure over the past twenty to thirty years can test even the most seasoned of business travellers. So why bother with India when there are easier potential markets? We feel you really do need to look at doing business in India for a number of very strong reasons. Firstly, India stands poised to become one of the world’s largest economies over the coming years as economic liberalisation kicks in after decades of political stagnation. It has a population of almost billion of which 50% are under the age of 30 and therefore the consumer potential of the country is almost limitless. Secondly, the lack of historical investment in the country means that India needs everything. You cannot point to a sector which is not crying out for investment and new product ideas. Thirdly, and very importantly, India has a highly educated, aspirational workforce who can help you build your business on the ground. India is the next big thing’ – you really cannot afford to ignore it. You cannot ignore India but if you want to business in India successfully, you need to understand it. You need to understand the cultural drivers and expectations of the people you will be working with when you get there and you need to understand how that cultural knowledge can help you succeed in-country. This country profile provides an overview of some of the key aspects of Indian business culture in a concise, easy to follow-format. The document includes information on Background to business Business Structures Management style Meetings Teamwork Communication Women in business Entertaining Top tips Author This country-specific business culture profile was written by Keith Warburton who is the founder of the cultural awareness training consultancy Global Business Culture. Global Business culture is a leading training provider in the fields of cross-cultural communication and global virtual team working. We provide training to global corporations in live classroom-based formats, through webinars and also through our cultural awareness digital learning hub, Global Business Compass. This World Business Culture profile is designed as an introduction to business culture in India only and a more detailed understanding needs a more in-depth exploration which we can provide through our training and consultancy services. India merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Selatan. Negara demokrasi terbesar di dunia ini sebelah selatannya berbatasan dengan Samudra Hindia, Laut Arab, dan Teluk Benggala. Selain itu, India juga berbatasan dengan enam negara lainnya seperti Pakistan, Tiongkok, Bhutan, Burma, Bangladesh, dan yang beribu kota di New Delhi ini merupakan negara terbesar ke-7 di dunia, dengan luasnya yang mencapai km persegi. India memiliki 28 negara bagian dan 8 wilayah persatuan. Meski tidak memiliki agama resmi, namun lebih dari 80% warga India beragama Hindu dan sisanya beragama Islam, Buddhisme, Sikhisme, dan fakta-fakta di atas, India memiliki beberapa fakta unik yang sangat sayang untuk dilewatkan. Yuk, simak ulasannya di bawah ini!1. Negara terpadat kedua di spratIndia merupakan salah satu negara terpadat di dunia, lho. Dilansir dari India merupakan negara terpadat kedua di dunia setelah Tiongkok dengan jumlah penduduk lebih dari 1,2 miliar lagi, di India terdapat keluarga terbesar di dunia dimana seorang pria bernama Ziona Chana memiliki sekitar 39 istri dan 94 anak serta 33 cucu. Keluarga terbesar di dunia ini tinggal dalam satu rumah yang memiliki 100 Memiliki jaringan kantor pos terbesar di dengan negara lainnya, India memiliki jaringan kantor pos terbesar di dunia. Dilansir dari nationfacts, terdapat sekitar kantor pos di India. Menariknya lagi, terdapat kantor pos erapung di India yaitu terletak di Danau Dal Srinagar. Kantor pos terapung tersebut diresmikan pada tahun 2011 Negara berbahasa Inggris terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat AS resmi di India adalah bahasa Hindi. Namun selain bahasa Hindi, bahasa Inggris juga sering digunakan di India. Bahkan India merupakan negara pengguna bahasa Inggris terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat AS.Dilansir dari sekitar 125 juta orang India berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Baca Juga 7 Wisata Asyik di Kota Kochi, Top Destinasi 2020 Punya India 4. Produsen rempah-rempah terbesar di chandranOrang India umumnya menggunakan rempah-rempah untuk bumbu masakannya. Menariknya lagi, India merupakan produsen rempah-rempah terbesar di dari United News of India, rempah-rempah menyumbang sekitar 12,98% dari total luas wilayah dan sekitar 11,5% dari total produksi tanaman hortikultura di memproduksi sekitar 6 juta MT rempah-rempah setiap tahun dan sekaligus mengekspor 180 rempah-rempah ke lebih dari 160 negara dengan eksportir yang telah terdaftar. 5. Rumah bagi Taj Mahal, salah satu tujuh keajaiban mondalIndia merupakan salah satu rumah dari tujuh keajaiban dunia, yaitu Taj Mahal. Taj Mahal dibangun pada tahun 1631 oleh Kaisar Mughal Shah Jahan sebagai bentuk penghormatan untuk istrinya yang meninggal yaitu Mumtaz Mahal yang meninggal pada tahun 1631 setelah melahirkan anak mereka yang pekerja pembangunan monumen yang sangat megah ini berasal dari seluruh kekaisaran, Asia Tengah, dan Iran yang jika ditotal mencapai buruh. Selain itu, pembangunan Taj Mahal juga dibantu tenaga dari waktu sekitar 22 tahun untuk bisa menyelesaikan monumen megah yang terbuat dari marmer putih Ular tangga berasal dari gak hanya terkenal dengan industri perfilman bollywood dan monumen Taj Mahalnya saja, namun juga dikenal sebagai tempat kelahiran permainan ular tangga. Ular tangga diciptakan oleh seorang penyair bernama Gyandef pada abad ke-13. Sebelum diberi nama ular dan tangga, permainan ini bernama 'Mokshapat'.Nah, tangga dalam permainan berarti kebaikan, sedangkan ular berarti keburukan. Permainan ular tangga ini dirancang dengan menggunakan konsep bahwa orang yang berbuat baik akan berakhir di surga, sedangkan orang yang berbuat jahat akan berakhir di Rumah bagi lapangan kriket tertinggi di satu permainan olahraga yang terkenal di India adalah kriket. Anak-anak di India suka bermain kriket dengan keluarganya. Bahkan pada tahun 2011, India berhasil memenangkan Piala Dunia Kriket. Menariknya lagi, India merupakan rumah bagi lapangan kriket tertinggi di di dunia, dari lapangan kriket tertinggi di dunia terletak di Chail, Himachal Pradesh, India. Lapangan kriket tertinggi di dunia ini dibangun pada tahun 1983 karena berada di ketinggian itulah ulasan unik India. Apakah kamu tertarik untuk mengunjungi negara tersebut? Baca Juga 7 Rekomendasi Masakan Khas India Versi Modern di Surabaya IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. 50% found this document useful 2 votes1K views2 pagesDescriptionAnalisis Budaya Bisnis IndiaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?50% found this document useful 2 votes1K views2 pagesAnalisis Budaya Bisnis IndiaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Keberadaan komunitas keturunan India telah menjadi bagian penting dari sejarah peradaban Indonesia. Bahkan nama negara ini berasal dari kata Indus dan Nesos dalam bahasa Latin yang artinya Kepulauan India. Lalu, seperti apa sejarah orang-orang India di Indonesia? Pertalian peradaban antara orang-orang India dengan Indonesia telah terjadi selama ribuan tahun – beberapa sumber bahkan menyebutnya sejak era prasejarah. Dalam kisah epik Ramayana, misalnya, pulau Jawa yang disebut Yawadvipa telah muncul di sana. Jika perkiraan bahwa kisah tersebut muncul antara abad ke-7 hingga ke-4 SM, maka bisa dipastikan relasi telah terjadi sejak tahun-tahun tersebut. Sementara peninggalan keramik India dari abad pertama masehi juga sempat ditemukan di Bali. Hal ini kembali menjelaskan latar waktu hubungan tersebut. Kedekatan India dan Indonesia juga punya pertautan budaya yang sangat lekat. Pallavi Aiyar dan Chin Hwee Tan dari Milken Institute menyebutnya sebagai Twins under the Skin. Sebutan tersebut beralasan karena Indonesia menjadi bagian dari Greater India alias Akhand Bharat – istilah untuk wilayah-wilayah yang mendapat pengaruh kebudayaan India. Sejarawan India Sheldon Pollock menyebutnya sebagai Sanskrit cosmopolis. Greater India sendiri membentang dari Asia Selatan hingga ke Asia Tenggara termasuk hingga ke Filipina dan Indochina. Indianization Pengaruh tersebut bisa dilihat dari bahasa serta aksara Sanskrit atau Sansekerta yang mirip-mirip digunakan di beberapa negara seperti di Thailand, termasuk juga dalam aksara Jawa. Peneliti asal Prancis, George Coedes bahkan menyebut ada istilah Indianization atau proses “menjadi India” dalam budaya, misalnya pengadopsian sistem kasta yang disebut pernah ada di Jawa, Bali, Madura, dan Sumatra. Nah, sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh orang-orang India alias Indianization tersebut. Ada beberapa teori tentang masuknya agama Hindu ke Indonesia, misalnya yang dibawa oleh orang-orang dari India utamanya dalam relasi dengan 4 kasta Brahmana, Waisya, Ksatria dan Sudra, di mana orang-orang dari kasta-kasta tersebutlah yang dianggap bertanggungjawab atas masuknya Hindu ke jelas banyak kerajaan yang kemudian menjadi Indianized sejak tahun 130 M, mulai dari Salakanagara, Tarumanagara, Kalingga – yang adalah Indianized dari kerajaan bernama sama di India – lalu ada Sriwijaya, Medang Mataram, Kediri, Singasari, Majapahit, Galuh hingga Sunda. Migrasi orang-orang India ke Indonesia kemudian terus terjadi di abad-abad selanjutnya. Di era kerajaan-kerajaan Islam, misalnya, aktivitas perdagangan yang terjadi kala itu juga banyak melibatkan pedagang India. Hubungan menjadi intensif setelah penjajah Belanda datang. VOC misalnya “berebut” status India dengan kongsi dagang milik Inggris, EIC. Karena itu ada istilah Dutch India dan British India. Tapi di era-era ini hubungannya masih bersifat perdagangan semata. Barulah di awal abad ke-19, komunitas India bertambah besar di Indonesia. Sensus pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930 memperkirakan ada sekitar 30 ribu penduduk keturunan India di Indonesia kala itu. Kebanyakan warga India ini berasal dari suku bangsa Tamil dan Sikh, serta menariknya hampir separuh adalah orang yang lahir dan besar di Indonesia. K. S. Sandhu dan A. Mani dalam bukunya Indian Communities in Southeast Asia menyebutkan orang-orang IndiaTamil mayoritas berada di Sumatra Utara dan bekerja sebagai buruh di perkebunan. Awalnya komunitas ini disebut sebagai orang Keling atau Kling yang berasal kata Kalingga yang merupakan kerajaan di India timur yang banyak didiami oleh orang dari suku bangsa Tamil. Di beberapa daerah di Sumatra Utara, seperti di Deli, memang kala itu sedang marak-maraknya usaha perkebunan dengan salah satu komoditas utamanya berupa tembakau. Deli Maatschappij adalah salah satu perusahaan utama yang mempekerjakan orang-orang Tamil kala itu dengan kondisi kerja yang kemerdekaan Indonesia, sebagian dari mereka ada yang pulang kembali ke India, namun ribuan lainnya memilih menetap di wilayah tersebut hingga kemudian benar-benar berasimilasi dengan masyarakat Indonesia. Sementara beberapa catatan lain menyebut orang-orang Sikh awalnya dipekerjakan sebagai petugas keamanan. Pada tahun 1879, misalnya, setelah diberlakukannya penggunaan mata uang Belanda di Sumatra Utara, berdiri De Javasche Bank di Medan. Nah, beberapa orang-orang Sikh dijadikan petugas keamanan di sana. Akhirnya gelombang orang Sikh pun berdatangan dan mulai juga menjalankan berbagai bisnis, seperti money lender, peternakan sapi, dan lain sebagainya. Pada tahun 1930-an diperkirakan ada sekitar 5000 orang Sikh di Sumatra Utara. Gelombang demi Gelombang Gelombang berikut kedatangan orang-orang India adalah kaum Sindhi yang masuk ke Indonesia selama paruh pertama abad ke-20, yang sebagian besar menjalankan bisnis tekstil dan perdagangan. Sedangkan gelombang ketiga masuk di akhir 1970-an yang terutama terdiri atas kelompok investor, manajer dan profesional seperti insinyur, konsultan, akuntan, bankir dan ahli-ahli IT. Hingga kini, orang-orang keturunan India tinggal di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka umumnya menjalankan berbagai bisnis di bidang tekstil, hiburan, dan lain sebagainya. Pada tahun 2013 diperkirakan ada lebih dari warga keturunan India di Indonesia, dan dari angka itu hanya sekitar orang yang masih merupakan warga asing. Jakarta sendiri didiami sekitar setengah dari seluruh komunitas India di Indonesia. Tokoh-tokoh keturunan India juga tersebar di segala lini. Selain aktris Ayu Azhari dan saudara-saudarinya, serta Sri Prakash Lohia yang mendirikan Indorama Group, ada beberapa pengusaha lain misalnya Sinivasan Marimutu dengan Texmaco Group, Mittal dengan Ispat Group, Raam Punjabi yang membangun kerajaan industri film dan Harris Lasmana yang menjadi salah satu pendiri Cinema 21. Selain Sri Prakash Lohia, keluarga Mittal adalah salah satu yang terkaya, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Lakshmi Mittal, misalnya, pernah menjadi orang terkaya ketiga di dunia versi Majalah Forbes. Ia ternyata mulai merintis usahanya di Sidoarjo, Jawa Timur lewat bendera Mittal Steel Company. Walaupun demikian, ia tercatat berkewarganegaraan India. Di dunia sosial dan politik publik tentu ingat Dillon yang menduduki jabatan-jabatan penting di kementerian dan pemerintahan. Kemudian ada ratusan bahkan mungkin ribuan tokoh keturunan India lainnya yang menjadi sosok-sosok kunci di perusahaan-perusahaan nasional dan internasional yang ada di Indonesia. Warisan budaya India juga sangat banyak di Indonesia. Ada Kuil Shiva di Pluit dan ratusan tempat ibadat lain yang menjadi pusat kegiatan religius. Beberapa tempat di Jakarta, misalnya Pekoja di Jakarta Pusat dan Koja di Jakarta Utara juga mendapatkan namanya dari orang-orang India beragama Muslim. Dalam hal masakan, banyak masakan pedas Indonesia yang mendapat pengaruh dari budaya India. Di Pekalongan dan Wonosobo ada masakan dari cacahan sayur nangka yang nyatanya merupakan warisan dari kuliner India. Keberadaan orang-orang keturunan India ini memang menunjukkan beragamnya latar budaya Indonesia. Sama seperti orang-orang keturunan Arab dan Tionghoa, semuanya mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain, karena Bhineka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Well, yang frasa itu juga dari bahasa Sansekerta. â–ș Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di untuk informasi lebih lanjut.

budaya bisnis orang india